-->
 
Selasa, 22 Desember 2009 di 02.30 | 0 komentar  
Untuk temen-temen yang mau nyedot graffitinya Zapo Nine E community (ZONE) yang lebih besar ukurannya dan lebih jreng warnanya dari di facebook Nih saya persilahkan, Sumonggo........

Masih ada lagi nih.....



Lanjutkan!
Diposting oleh Almas Label:
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau Kurikulum 2004, adalah kurikulum dalam dunia pendidikan di Indonesia yang mulai diterapkan sejak tahun 2004 walau sudah ada sekolah yang mulai menggunakan kurikulum ini sejak sebelum diterapkannya. Secara materi, sebenarnya kurikulum ini tak berbeda dari Kurikulum 1994, perbedaannya hanya pada cara para murid belajar di kelas.
Dalam kurikulum terdahulu, para murid dikondisikan dengan sistem caturwulan. Sedangkan dalam kurikulum baru ini, para siswa dikondisikan dalam sistem semester. Dahulu pun, para murid hanya belajar pada isi materi pelajaran belaka, yakni menerima materi dari guru saja. Dalam kurikulum 2004 ini, para murid dituntut aktif mengembangkan keterampilan untuk menerapkan IPTek tanpa meninggalkan kerja sama dan solidaritas, meski sesungguhnya antar siswa saling berkompetisi. Jadi di sini, guru hanya bertindak sebagai fasilitator, namun meski begitu pendidikan yang ada ialah pendidikan untuk semua. Dalam kegiatan di kelas, para siswa bukan lagi objek, namun subjek. Dan setiap kegiatan siswa ada nilainya.



Untuk itu SMP Negeri 1 Ponorogo yang telah mengadakan acara Gelar Karya KBK . Kegiatan ini bertujuan untuk menunjukkan potensi seni siswa dalam budaya Jawa. Sehingga di dalamnya dapat diambil 2 aspek nilai, yaitu kesenian dan bahasa Jawa. Karena mendapat antusias yang sangat baik dari semua pihak, kegiatan yang dilaksanakan dibulan Mei ini kemudian menjadi kegiatan rutin setiap tahunnya. Acara ini diisi oleh penampilan setiap kelas, yaitu

VII : 7A. 7B, 7C, 7D, 7E, 7F, 7G, 7H, 7I
VIII : 8A. 8B, 8C, 8D, 8E, 8F, 8G, 8H, 8I
IX : 9A. 9B, 9C, 9D, 9E, 9F, 9G, 9H, 9I

Semua kelas pun memiliki penampilan yang berbeda-beda. Mulai dari macam-macam tari hingga drama disuguhkan dalam acara tersebut. Urut-urutan acara adalah pembuka oleh MC, bacaan ayat suci Alqur’an, inti, dan penutup. Dalam satu kelas semua siswa ikut berperan tanpa ada yang menganggur. Acara tersebut digelar seminggu penuh di pendapa SMP Negeri 1 Ponorogo dan masyarakat umum pun di perbolehkan masuk dan dijamin Gratis.

Berikut Sedikit dari dokumentasinya












Lanjutkan!
Diposting oleh Almas Label:
Sabtu, 19 Desember 2009 di 02.56 | 0 komentar  
Srimanunggal………… Apa sih Srimanunggal itu? Makanan? atauuu ?????????? Kali ini saya akan membahas tentang Srimanunggal.
Srimanunggal adalah suatu kelompok seni karawitan milik Smp Negeri 1 Ponorogo yang beranggotakan para Siswa Siswi Sekolah tersebut . Berkat ketekunan dari Bapak Edi dan Bapak Mus Mudjiono, Srimanunggal dapat memenangkan lomba lomba diberbagai tinggat mulai dari antar sekolah sampai tingkat Provinsi, Bahkan Srimanunggal menjadi salah satu karawitan anak terbaik se jawa timur.



Para pengrawitnya antara lain :
1.Almas (Gender)
2.Randa (Demung 1)
3.Mahardika (Demung 2)
4.Rizal (Bonang)
5.Dinasti (Bonang Penerus)
6.Dila (Saron 1)
7.Linda (Saron 2)
8.Rafida (Peking)
9.Miftakul (Kenong)
10.Firoh (Kethuk)
11.Galih (Kempul)
12.Binas (Gong)

Dan 20 swarawati (sinden)




Foto tersebut saya ambil saat di Surabaya. Memang tidak semua anggota terambil. Pak Edi juga ada tuh.

Lanjutkan!
Diposting oleh Almas Label:
Kamis, 17 Desember 2009 di 21.40 | 0 komentar  


Telaga ngebel adalah suatu telaga yang terletak di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur tepatnya Sekitar 25 km dari pusat kota Ponorogo. Bisa diambil melalui jalan raya Madiun-Ponorogo ke arah timur, bisa juga mulai ambil dari jantung kota Ponorogo. Karena Pemkab Ponorogo yang mengelola dengan tepat Telaga Ngebel pun menjadi objek wisata yang begitu menawan, terlihat dari banyaknya papan penunjuk arah menuju ke Telaga Ngebel di sepanjang perjalanan. Jalanan pun dibuat hotmix, meskipun tidak seluruhnya. Seperti layaknya daerah pegunungan lain, sepanjang perjalanan terhampar pepohonan dan pemandangan menyejukkan mata. Dari kejauhan pantulan air telaga tampak berkilauan. Kendaraan pun harus menggunakan gigi rendah untuk mencapai lokasi tidak heran ketinggianya mencapai 734 meter dari permukan laut.


fenomena yang ada di teaga ngebel.,sebuah kabut putih pekat merayap diatas telaga ngebel.,sedikit demi sedikit dan akhirnya berkumpul dan akhirnya lenyap bak di telan bumi.,itu menunjukkan bahwa telaga ngebel masih asri dan patut untuk di kunjungi siapa saja dan dari latar belakang apapun juga.

Karena tempat tersebut sangat ramai dikunjungi wisatawan, masyarakat setempat pun memanfaatkan nya dengan membuka warung-warung lesehan di pinggiran telaga sehingga sangat tepat untuk santai dan Cocok buat mojok berdua. Warung-warung tersebut menjajakan ikan bakar. Yang membuat nikmat, ikan yang dibakar adalah ikan tangkapan dari telaga. Mereka baru membakar ikan jika ada yang memesan. Pengunjung boleh memilih ikan yang dikehendaki. Sambil menunggu ikan dibakar pengunjung bisa duduk mencangkung menikmati hembusan angin di telaga. Bau masakanan ikan bakar menusuk hidung dari dapur pun mengundang perut yang lapar. Sekitar sepuluh menit kemudian, hidangan ikan nila bakar pun tersaji lengkap dengan sambal dan lalapan plus nasi. Tak ada yang mengalahkan rasa nikmat makan di alam terbuka dengan seporsi ikan bakar segar. Harga yang dipasang pun tidak mahal. Satu prosi nila bakar Rp 5.000.



Telaga dengan luas permukaan 1,5 km dan dikelilingi jalan sepanjang 5 km ini menjadi sumber ikan bagi penduduk setempat. Keramba dipasang berderet-deret di telaga. Setiap pagi dan sore, para pemilik keramba sibuk memberi makan ikan. Jumlah keramba yang terhampar di sini sekitar 900 yang dikelola 12 kelompok. Ikan yang ditanam adalah nila, wader, dan mujair.

Dibalik potensi perikanan yang bagus Telaga Ngebel juga memiliki potensi pertanian dan perkebunan sebagai penghasil buah-buahan. Di sini bisa dijumpai durian, manggis, dan pundung. Buah-buahan itu bisa dijumpai saat musim penghujan atau sekitar bulan Desember hingga Maret. Begitu musim buah datang, pengunjung dari luar kota biasanya memadati jalanan tempat durian, manggis, dan pundung dijajakan. Harganya yang cukup murah membuat pengunjung selalu kembali saat musim buah. Durian, misalnya.

Yang pasti berkunjung ke Ngebel tidak ada ruginya dengan fasilitas yang banyak juga keasriannya yang mempesona . Selamat berkunjung………………

Lanjutkan!
Diposting oleh Almas Label:
Selasa, 15 Desember 2009 di 02.45 | 0 komentar  


PONOROGO – Kabupaten Ponorogo tidak hanya mengandalkan Telaga Ngebel untuk menarik wisatawan. Dalam penilaian Anugerah Wisata Jawa Timur 2009, Ponorogo sengaja mengandalkan air terjun Pletuk yang berada di Desa Jurug, Kecamatan Sooko.

Kawasan wisata ini terus digarap sebagai salah satu jujugan wisata yang sangat mempesona. Tempat itu berada di atas ketinggian 450 meter di atas laut dan memiliki curah hujan yang cukup tinggi.

Didukung suasana alam dengan suhu yang relatif dingin dan sejuk sehingga mampu untuk dijadikan desa ini sebagai daerah tujuan wisata, “Sebenarnya kalau kita kaji lebih dalam, kata Pletuk itu merupakan kata kiasan yang penuh misteri dan sangat dalam maknanya bagi hidup dan kehidupan,” kata Gunardi, Kepala Dinas Pariwisata dan Seni Ponorogo, kemarin (20/2).

Dimana kata Pletuk dapat dikonotasikan sebagai petuah luhur.

Yakni bila dikaitkan dengan sejarah Desa Jurug, ada beberapa petuah yang pantas dilakukan oleh seorang tokoh atau warga masyarakat di Desa Jurug.

Diantaranya sangguwo uriping danawa, sangguwo uriping raja, sangguwo uriping satriyo. Dan sangguwo uriping brahmana. Artinya dalam mengarungi hidup dan kehidupan kita harus pandai-pandai untuk menyesuaikan diri biar bisa diterima dan mampu beradaptasi terhadap alam dimana berada.

Lebih jauh,. Gunardi mengatakan diangkatnya air terjun Pletuk tidak hanya terkait dengan pesona air terjunnya saja. Tapi beberapa aspek seperti filosofi dan pengembangan dan keberadaan bagi masyarakat tetap menjadi pertimbangan sendiri.

Bahkan, pengembangan khusus secara intensif baru dilakukan pada akhir tahun 2006 melalui program PAMDKB dengan kegiatan membuka akses jalan menuju lokasi kawasan air terjun Pletuk.

Masyarakat khususnya karang taruna bersama Perhutani membuat kerjasama dalam pengelolaan melalui wadah Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) “Jurug Makmur”.

Potensi alam lain yang dapat dikembangkan di kawasan Pletuk, adanya tebing yang memukau di kawasan tersebut dapat dijadikan menjadi sarana olahraga panjat tebing. “Kami sudah membuat program rencana pengembangan oleh Pengprov FPTI (Federasi Panjat Tebing Indonesia) Jatim dan Pengcab FPTI Ponorogo,” tambah Gunardi.

Tak ketinggalan, bagi wisatawan kuliner bisa menikmati makanan khas nasi Gegog. Yakni nasi yang dibungkus daun pisang dan dicampur bothok dalam satu kemasan. “Sehingga mempunyai citarasa yang khas dan unik,” tambahnya. Disamping buah khas seperti naga merah, juga buah peruk, alpokat, mangga, rambutan, manggis, durian juga pisang. (tya/eba)

Sumber http://www.jawapos.co.id/

Lanjutkan!
Diposting oleh Almas Label:

Keris

Keris ialah sejenis senjata pendek kebangsaan Melayu yang digunakan sejak melebihi 600 tahun dahulu. Senjata ini memang unik di dunia Melayu dan boleh didapati di kawasan berpenduduk Melayu seperti Malaysia, Indonesia, Singapura, Thailand Selatan, Filipina Selatan (Mindanao), dan Brunei.

Keris digunakan untuk mempertahankan diri (misalnya sewaktu bersilat) dan sebagai alat kebesaran diraja. Senjata ini juga merupakan lambang kedaulatan orang Melayu. Keris yang paling masyhur ialah keris Taming Sari yang merupakan senjata Hang Tuah, seorang pahlawan Melayu yang terkenal.

Keris purba berasal dari Kepulauan Jawa telah digunakan antara abad ke-9 dan ke-14. Senjata ini terbagi kepada tiga bagian, yaitu mata, hulu, dan sarung. Keris sering dikaitkan dengan kuasa mistik oleh orang Melayu pada zaman dahulu. Antara lain, kepercayaan bahwa keris memunyai semangatnya tersendiri.

Keris menurut amalan Melayu tradisional perlu dijaga dengan cara diperasapkan pada masa-masa tertentu, malam Jumat misalnya. Ada juga amalan mengasamlimaukan keris sebagai cara untuk menjaga logam keris dan juga untuk menambah bisanya. Ada pepatah yang menyatakan: "Penghargaan pada seseorang tergantung karena busananya." Mungkin pepatah itu lahir dari pandangan psikolog yang mendasarkan pada kerapian, kebersihan busana yang dipakai seseorang, itu menunjukkan watak atau karakter yang ada dalam diri orang itu. Di kalangan masyarakat Jawa Tengah pada umumnya untuk suatu perhelatan tertentu, misalnya pada upacara perkawinan, para kaum prianya harus mengenakan busana Jawi jangkep (busana Jawa lengkap).

Dan kewajiban itu harus ditaati terutama oleh mempelai pria, yaitu harus menggunakan/memakai busana pengantin gaya Jawa, yaitu berkain batik, baju pengantin, tutup kepala (kuluk), dan juga sebilah keris diselipkan di pinggang. Mengapa harus keris? Karena keris itu oleh kalangan masyarakat di Jawa dilambangkan sebagai simbol "kejantanan". Dan terkadang apabila karena suatu sebab pengantin prianya berhalangan hadir dalam upacara temu pengantin, maka ia diwakili sebilah keris. Keris merupakan lambang pusaka.

Pandangan ini sebenarnya berawal dari kepercayaan masyarakat Jawa dulu, bahwa awal mula eksistensi mahkluk di bumi atau di dunia bersumber dari filsafat agraris, yaitu dari menyatunya unsur lelaki dengan unsur perempuan. Di dunia ini, Allah SWT menciptakan makhluk dalam dua jenis seks yaitu lelaki dan perempuan, baik manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan. Kepercayaan pada filsafat agraris ini sangat mendasar di lingkungan keluarga besar Karaton di Jawa, seperti Karaton Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, dan lain-lain. Kepercayaan itu mulanya dari Hinduisme yang pernah dianut oleh masyarakat di Jawa. Lalu muncul pula kepercayaan tentang bapak angkasa dan ibu bumi/pertiwi.

Yang juga dekat dengan kepercayaan filsafat agraris di masyarakat Jawa terwujud dalam bentuk upacara kirab pusaka pada menjelang satu Sura dalam kalender Jawa dengan mengkirabkan pusaka unggulan Keraton yang terdiri dari senjata tajam: tombak pusaka, pisau besar (bendho). Arak-arakan pengirab senjata pusaka unggulan Karaton berjalan mengelilingi kompleks Keraton sambil memusatkan pikiran, perasaan, memuji dan memohon kepada Sang Maha Pencipta alam semesta, untuk beroleh perlindungan, kebahagiaan, kesejahteraan lahir dan batin.

Fungsi utama dari senjata tajam pusaka dulu adalah alat untuk membela diri dari serangan musuh, dan binatang atau untuk membunuh musuh. Namun kemudian fungsi dari senjata tajam seperti keris pusaka atau tombak pusaka itu berubah. Di masa damai, kadang orang menggunakan keris hanya sebagai kelengkapan busana upacara kebesaran saat temu pengantin. Maka keris pun dihias dengan intan atau berlian pada pangkal hulu keris. Bahkan sarungnya yang terbuat dari logam diukir sedemikian indah, berlapis emas berkilauan sebagaikebanggaan pemakainya. Lalu, tak urung keris itu menjadi komoditas bisnis yang tinggi nilainya.

Tosan aji atau senjata pusaka itu bukan hanya keris dan tombak khas Jawa, melainkan hampir seluruh daerah di Indonesia memiliki senjata tajam pusaka andalan,seperti rencong di Aceh, badik di Makassar, pedang, tombak berujung tiga (trisula), keris bali, dan lain-lain.

Ketika Sultan Agung menyerang Kadipaten Pati dengan gelar perang Garudha Nglayang, Supit Urang, Wukir Jaladri, atau gelar Dirada Meta, prajurit yang mendampingi menggunakan senjata tombak yang wajahnya diukir gambar kalacakra. Keris pusaka atau tombak pusaka yang merupakan pusaka unggulan itu keampuhannya bukan saja karena dibuat dari unsur besi baja, besi, nikel, bahkan dicampur dengan unsur batu meteorid yang jatuh dari angkasa sehingga kokoh kuat, tetapi cara pembuatannya disertai dengan iringan doa kepada Sang Maha Pencipta Alam (Allah SWT) dengan suatu upaya spiritual oleh Sang Empu. Dengan begitu, kekuatan spiritual Sang Maha Pencipta Alam itu pun dipercayai orang sebagai kekuatan magis atau mengandung tuah sehingga dapat memengaruhi pihak lawan menjadi ketakutan kepada pemakai senjata pusaka itu.

Pernah ada suatu pendapat yang berdasarkan pada tes ilmiah terhadap keris pusaka dan dinyatakan bahwa keris pusaka itu mengeluarkan energi/kekuatan yang tidak kasat mata (tak tampak dengan mata biasa). Yang menarik hati adalah keris yang dipakai untuk kelengkapan busana pengantin pria khas Jawa. Keris itu dihiasi dengan untaian bunga mawar melati yang dikalungkan pada hulu batang keris. Ternyata itu bukan hanya sekadar hiasan, melainkan mengandung makna untuk mengingatkan orang agar jangan memiliki watak beringas, emosional, pemarah, adigang-adigung-adiguna, sewenang-wenang, dan mau menangnya sendiri seperti watak Arya Penangsang.

Kaitannya dengan Arya Penangsang ialah saat Arya Penangsang berperang melawan Sutawijaya, karena Penangsang pemarah, emosional, tidak bisa menahan diri, perutnya tertusuk tombak Kyai Plered yang dihujamkan oleh Sutawijaya. Usus keluar dari perutnya yang robek. Dalam keadaan ingin balas dendam dengan penuh kemarahan, Penangsang yang sudah kesakitan itu mengalungkan ususnya ke hulu keris di pinggangnya. Ia terus menyerang musuhnya. Pada suatu saat Penangsang akan menusuk lawannya dengan keris Kyai Setan Kober di bagian pinggang, begitu keris dihunus, ususnya terputus oleh mata keris pusakanya. Penangsang mati dalam perang dahsyat yang menelan banyak korban. Dari peristiwa itulah muncul ide keris pengantin dengan hiasan untaian bunga mawar dan melati.

Tosan aji atau senjata pusaka seperti tombak, keris dan lain-lain itu bisa menimbulkan rasa keberanian yang luar biasa kepada pemilik atau pembawanya. Orang menyebut itu sebagai piyandel, penambah kepercayaan diri. Bahkan keris pusaka atau tombak pusaka yang diberikan oleh Sang Raja terhadap bangsawan keraton itu mengandung kepercayaan Sang Raja terhadap bangsawan unggulan itu. Namun manakala kepercayaan sang raja itu dirusak oleh perilaku buruk sang adipati yang diberi keris tersebut, maka keris pusaka pemberian itu akan ditarik/diminta kembali oleh sang raja.

Hubungan keris dengan sarungnya secara khusus oleh masyarakat Jawa diartikan secara filosofis sebagai hubungan akrab, menyatu untuk mencapai keharmonisan hidup di dunia. Maka lahirlah filosofi "manunggaling kawula-Gusti", bersatunya abdi dengan rajanya, bersatunya insan kamil dengan Penciptanya, bersatunya rakyat dengan pemimpinnya, sehingga kehidupan selalu aman damai, tentram, bahagia, sehat sejahtera. Manusia, selain saling menghormati satu dengan yang lain masing-masing, juga harus tahu diri untuk berkarya sesuai dengan porsi dan fungsinya masing-masing secara benar. Namun demikian, makna yang dalam dari tosan aji sebagai karya seni budaya nasional yang mengandung pelbagai aspek dalam kehidupan masyarakat Jawa pada umumnya, kini terancam perkembangannya karena aspek teknologi sebagai sahabat budayanya kurang diminati ketimbang aspek legenda dan magisnya.

Empu dari Zaman Ke Zaman

Dua arti dalam istilah empu, pertama dapat berarti sebutan kehormatan misalnya Empu Sedah atau Empu Panuluh. Arti yang kedua adalah "ahli dalam pembuatan keris". Dalam kesempatan ini, empu yang kami bicarakan adalah seseorang yang ahli dalam pembuatan keris. Dengan tercatatatnya berbagai nama "keris" pastilah ada yang membuat. Pertama-tama yang harus diketahui adalah tahapan zaman terlahirnya "keris" itu, kemudian meneliti bahan keris, dan ciri khas sistem pembuatan keris. Ilmu untuk kepentingan itu dinamakan "tangguh". Dengan ilmu tangguh itu, kita dapat mengenali nama para empu dan hasil karyanya yang berupa bilahan-bilahan keris, pedang, tombak, dan lain-lainnya. Ada pun pembagian tahapan-tahapan zaman itu adalah sebagai berikut:

1. Kuno (Budho) tahun 125 – 1125 M, meliputi kerajaan-kerajaan: Purwacarita, Medang Siwanda, Medang Kamulan, Tulisan, Gilingwesi, Mamenang, Penggiling Wiraradya, Kahuripan, dan Kediri.

2. Madyo Kuno (Kuno Pertengahan) tahun 1126 – 1250 M, meliputi kerajaan-kerajaan: Jenggala, Kediri, Pajajaran, dan Cirebon.

3. Sepuh Tengah (Tua Pertengahan) tahun 1251 – 1459 M, meliputi kerajaan-kerajaan: Jenggala, Kediri, Tuban, Madura, Majapahit, dan Blambangan.

4. Tengahan (Pertengahan) tahun 1460 – 1613 M, meliputi kerajaan-kerajaan: Demak, Pajang, Madiun, dan Mataram.

5. Nom (Muda) tahun 1614 M - sekarang, meliputi kerajaan-kerajaan: Kartasura dan Surakarta.

Telah kami ketengahkan tahapan-tahapan zaman kerajaan yang memunyai hubungan langsung dengan tahapan zaman perkerisan. Dengan demikian pada setiap zaman kerajaan itu terdapat beberapa orang "eyang" yang bertugas untuk menciptakan keris.

Keris-keris ciptaan empu itu setiap zaman memunyai ciri-ciri khas tersendiri. Sehingga para pendata benda pusaka itu tidak kebingungan. Ciri khas terletak pada segi garap dan kualitas besinya. Kualitas besi merupakan ciri khas yang paling menonjol, sesuai dengan tingkat sistem pengolahan besi pada zaman itu, juga penggunaan bahan "pamor" yang memunyai tahapan-tahapan pula. Bahan pamor yang mula-mula dipergunakan batu "meteor" atau "batu bintang" yang dihancurkan dengan menumbuknya hingga seperti tepung. Kemudian kita mengenali titanium semacam besi warnanya keputihan seperti perak; besi titanium dipergunakan pula sebagai bahan pamor. Titanium memunyai sifat keras dan tidak dapat berkarat, sehingga baik sekali untuk bahan pamor. Sesuai dengan asalnya di Prambanan maka pamor tersebut dinamakan pamor Prambanan. Keris dengan pamor Prambanan dapat dipastikan bahwa keris tersebut termasuk bertangguh Nom, karena diketemukannya pada zaman Kerajaan Mataram Kartasura (1680-1744).

Diakui Dunia

Setelah wayang pada tahun 2003, kini giliran keris Indonesia diakui sebagai salah satu warisan budaya dunia yang mesti dilestarikan. Pengakuan UNESCO di Paris 25 November 2005 itu tentu merupakan percikan berita segar di tengah serba keterpurukan Indonesia akhir-akhir ini.

Keris, seperti juga teater Kabuki dari Jepang, pentas tradisional India— Ramlila yang mengetengahkan epik Ramayana—Samba dari Brasil, Mak Yong dari Melayu, ”Masih hidup dan dihayati, tradisi masih berlanjut. Berbeda dengan budaya samurai di Jepang yang kini sudah mati,” ungkap Direktur Jenderal Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) Koichiro Matsuura, yang ditemui Kompas pekan lalu, beberapa saat setelah menyerahkan sertifikat pengakuan UNESCO itu kepada Wakil Presiden Jusuf Kalla di Jakarta.

Sebenarnya ada 64 warisan budaya yang diusulkan berbagai negara untuk diakui sebagai warisan dunia oleh UNESCO tahun ini. Akan tetapi, setelah melalui penilaian para juri yang bersidang pada 20-24 November 2005 dengan ketua Putri Basma binti Talal dari Jordania, hanya 43 yang diakui sebagai warisan budaya oral serta nonbendawi manusia (intangible cultural heritage of humanity). Sementara mahakarya (masterpiece) yang diakui UNESCO tahun 2001 serta tahun 2003, termasuk wayang, jumlahnya 47. Maka, total mahakarya warisan budaya dunia yang diakui 90. ”Proklamasi yang ketiga kali ini kemungkinan adalah yang terakhir. Konvensi akan segera dilaksanakan segera setelah 30 negara memiliki instrumen ratifikasi dan disetujui, seperti yang sudah dilakukan 26 negara sebelumnya,” ungkap Matsuura. Ratusan ribu dollar AS per tahun diperkirakan akan mengalir guna melestarikan keris Indonesia dan juga wayang.

”Lewat momentum penghargaan UNESCO ini mestinya kita menata kembali pandangan tentang keris,” ungkap Ir Haryono Haryoguritno, pakar keris yang memimpin tim riset pustaka dan lapangan juga diskusi selama setahun sejak Agustus 2004.

Laporan keris

Setelah mendatangi komunitas perkerisan di Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, Bali, dan Lombok, Haryono yang dibantu Waluyo Wijayatno dari perkumpulan penggemar keris Damartaji dan warga negara Indonesia asal Australia, Gaura Mancacaritadipura, merangkumnya dalam sebuah laporan tebal untuk UNESCO. Juga diserahkan film budaya perkerisan yang berdurasi 10 menit serta 120 menit. Kalau selama ini banyak media cetak maupun elektronik lebih sering mengekspos ”pandangan-pandangan miring” yang dihubungkan dengan mistik buruk keris (dalam sinetron-sinetron perdukunan), maka menurut Haryono, semestinya kini Indonesia juga menyadari betapa dunia ternyata menghargai warisan budaya nenek moyang yang dalam beberapa kesempatan sering disingkirkan oleh bangsa Indonesia sendiri.

”Keris, selama ini sering digambarkan di (sinetron-sinetron) televisi, bisa terbang, atau bersinar-sinar, dan lekat dengan dunia dukun,” kata Waluyo. Atau kalangan awam, yang selalu menghubungkan sosok keris dengan Empu Gandring serta dongeng Ken Arok, yang membunuh empu pembikinnya tersebut dengan keris yang dipesannya. Sang Empu mengutuk, keris yang sebenarnya belum selesai dibikin itu akan makan korban tujuh turunan, termasuk Ken Arok sendiri. Keris selama ini dipandang dekat dengan dunia perdukunan, sementara negeri tetangga, Singapura, malah sudah lebih dulu memakai identitas keris sebagai kebanggaan mereka. Maskapai penerbangan negeri ini, Singapore Airlines, memakai Kris Lounge sebagai ruang tunggu VIP bagi para penumpangnya di bandar udara. Atau KrisFlyer, sebuah layanan bagi mereka yang sering menggunakan jasa maskapai tersebut. KrisMagazine untuk majalah mereka, dan KrisShop untuk layanan jualan suvenir mereka di pesawat.


Karya Agung

UNESCO memandang keris memiliki nilai luar biasa sebagai karya agung ciptaan manusia. Selain berakar dalam tradisi budaya dan sejarah masyarakat Indonesia, keris juga masih berperan sebagai jati diri bangsa, sumber inspirasi budaya, dan masih berperan sosial di masyarakat. Jika usulan wayang sampai empat kali dikembalikan laporannya—sebelum diakui sebagai warisan dunia 2003—usulan keris langsung diterima.

”Indonesia perlu bangga,” ungkap Matsuura, yang sempat mengoreksi cara seorang pejabat Indonesia menarik sebilah keris dari warangkanya itu. Meski orang Jepang, Matsuura lebih berminat terhadap produk budaya asal Indonesia ini. Tidak sekadar tahu.

Anatomi atau Ricikan Keris

Anatorni keris dikenal juga dengan istilah ricikan keris. Berikut ini akan diuraikan anatorni keris satu persatu.

1. Ron Dha, yaitu ornamen pada huruf Jawa dha.

2. Sraweyan, yaitu dataran yang merendah di belakang sogogwi, di atas ganja.

3. Bungkul, bentuknya seperti bawang, terletak di tengah-tengah dasar bilah dan di atas ganja.

4. Pejetan, bentuknya seperti bekas pijatan ibu jari yang terletak di belakang gandik.

5. Lambe Gajah, bentuknya menyerupai bibir gajah. Ada yang rangkap dan Ietaknya menempel pada gandik.

6. Gandik, berbentuk penebalan agak bulat yang memanjang dan terletak di atas sirah cecak atau ujung ganja.

7. Kembang Kacang, menyerupai belalai gajah dan terletak di gandik bagian atas.

8. Jalen, menyerupai taji ayam jago yang menempel di gandik.

9. Greneng, yaitu ornamen berbentuk huruf Jawa dha ( ) yang berderet.

10. Tikel Alis, terletak di atas pejetan dan bentuknya rnirip alis mata.

11. Janur, bentuk lingir di antara dua sogokan.

12. Sogokan depan, bentuk alur dan merupakan kepanjangan dari pejetan.

13. Sogokan belakang, bentuk alur yang terletak pada bagian belakang.

14. Pudhak sategal, yaitu sepasang bentuk menajam yang keluar dari bilah bagian kiri dan kanan.

15. Poyuhan, bentuk yang menebal di ujung sogokan.

16. Landep, yaitu bagian yang tajam pada bilah keris.

17. Gusen, terletak di be!akang landep, bentuknya memanjang dari sor-soran sampai pucuk.

18. Gula Milir, bentuk yang meninggi di antara gusen dan kruwingan.

19. Kruwingan, dataran yang terietak di kiri dan kanan adha-adha.

20. Adha-adha, penebalan pada pertengahan bilah dari bawah sampal ke atas.


Pamor, Kekuatan Simbolik Keris

Keris tidak dapat terpisahkan dengan peradaban Jawa. Dalam pandangan masyarakat Jawa, keris atau curiga merupakan salah satu pusaka kelengkapan budaya. Kekuatan simbolik keris dipercayai masyarakat Jawa terletak pada pamor, yaitu bahan campuran pembuatan keris berupa besi meteor. Jenis bahan ini mengandung unsur besi dan nikel.

"Pamor adalah benda berasal dari angkasa. Di antara besi pamor terkenal adalah 'pamor Prambanan'. Disebut demikian karena meteor ini jatuh di daerah Prambanan sekitar tahun 1784 di masa pemerintahan Susuhunan Paku Buwana III di Surakarta," demikian kata Guru Besar Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof. Dr. Timbul Haryono M.Sc. dalam pidato pengukuhannya di depan Rapat Senat Terbuka UGM, Sabtu (27/4). Dosen Jurusan Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya dan Pascasarjana UGM itu membawakan pidato berjudul "Logam dan Peradaban Manusia dalam Perspektif Historis-Arkeologis".

Dikatakan Timbul, pamor tersebut sampai sekarang masih disimpan di Keraton Surakarta dan diberi nama Kiai Pamor. Penelitian laboratoris terhadap meteor itu menunjukkan kandungan unsurnya adalah 94,5 persen besi dan 5 persen nikel. Jenis batu pamor lainnya adalah pamor Luwu yang asalnya dari Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan. Berdasarkan bahan pembuatan keris, proses pembuatan keris peradaban Jawa secara simbolik identik dengan konsep persatuan "bapa akasa-ibu pertiwi". Bahan besi diperoleh dari perut Bumi (Ibu Pertiwi) dan bahan pamor adalah meteor jatuh dari angkasa (Bapa Akasa). Keduanya kemudian disatukan menjadi senjata keris

Makna Desain Keris

Pulang Geni merupakan salah satu dapur keris yang populer dan banyak dikenal karena memiliki padan nama dengan pusaka Arjuna. Pulang Geni bermakna Ratus atau Dupa atau juga Kemenyan. Bahwa manusia hidup harus berusaha memiliki nama harum dengan berperilaku yang baik, suka tolong menolong dan mengisi hidupnya dengan hal-hal atau aktivitas yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Berkelakuan yang baik dan selalu menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi orang banyak, tentu namanya akan selalu dikenang walau orang tersebut sudah meninggal. Oleh karena itu, keris dapur Pulang Geni umumnya banyak dimiliki oleh para pahlawan atau pejuang.

Kidang Soka memiliki makna "kijang yang berduka". Bahwa hidup manusia akan selalu ada duka, tetapi manusia diingatkan agar tidak terlalu larut dalam duka yang dialaminya. Kehidupan masih terus berjalan dan harus terus dilalui dengan semangat hidup yang tinggi. Keris ini memang memiliki ciri garap sebagaimana keris tangguh Majapahit, tetapi melihat pada penerapan pamor serta besinya, tidak masuk dikategorikan sebagai keris yang dibuat pada zaman Majapahit. Oleh karena itu, dalam pengistilahan perkerisan dikatakan sebagai keris Putran atau Yasan yang diperkirakan dibuat pada zaman Mataram. Kembang Kacang Pogog semacam ini umumnya disebut Ngirung Buto.

Sabuk Inten, merupakan salah satu dapur keris yang melambangkan kemakmuran dan atau kemewahan. Dari aspek filosofi, dapur Sabuk Inten melambangkan kemegahan dan kemewahan yang dimiliki oleh para pemilik modal, pengusaha, atau pedagang pada zaman dahulu. Keris Sabuk Inten ini menjadi terkenal, selain karena legendanya, juga karena adanya cerita silat yang sangat populer berjudul Naga Sasra Sabuk Inten karangan Sabuk Inten karangan S.H. Mintardja pada tahun 1970-an.

Naga Sasra adalah salah satu nama Dapur Keris Luk 13 dengan gandik berbentuk kepala naga yang badannya menjulur mengikuti sampai ke hampir pucuk bilah. Salah satu Dapur Keris yang paling terkenal walaupun jarang sekali dijumpai adanya keris Naga Sasra Tangguh tua. Umumnya keris dapur Naga Sasra dihiasi dengan kinatah emas sehingga penampilannya terkesan indah dan lebih berwibawa. Keris ini memiliki gaya seperti umumnya keris Mataram Senopaten yang bentuk bilahnya ramping seperti keris Majapahit, tetapi besi dan penerapan pamor serta gaya pada wadidhang-nya menunjukkan ciri Mataram Senopaten. Sepertinya keris ini berasal dari era Majapahit akhir atau bisa juga awal era Mataram Senopaten (akhir abad ke-15 sampai awal abad ke-16). Keris ini dulunya memiliki kinatah Kamarogan yang karena perjalanan waktu, akhirnya kinatah emas tersebut hilang terkelupas. Tetapi secara keseluruhan, terutama bilah keris ini masih bisa dikatakan utuh. Keris Dapur Naga Sasra berarti "ular yang jumlahnya seribu (beribu-ribu)" dan juga dikenal sebagai keris dapur Sisik Sewu. Dalam budaya Jawa, Naga diibaratkan sebagai penjaga. Oleh karena itu, banyak kita temui pada pintu sebuah candi atau hiasan lainnya yang dibuat pada zaman dahulu. Selain penjaga, naga juga diibaratkan memiliki wibawa yang tinggi. Oleh karena itu, Keris dengan dapur Naga Sasra memiliki nilai yang lebih tinggi daripada keris lainnya.

Sengkelat, adalah salah satu keris dari jaman Mataram Sultan Agung (sekitar awal abad ke-17). Dapur Keris ini adalah Sengkelat. Pamor keris sangat rapat, padat dan halus. Ukuran lebar bilah lebih lebar dari keris Majapahit, tetapi lebih ramping daripada keris Mataram era Sultan Agung pada umumnya. Panjang bilah 38 cm, yang berarti lebih panjang dari Keris Sengkelat Tangguh Mataram Sultan Agung umumnya. Bentuk luknya lebih rengkol dan dalam dari pada keris era Sultan Agung pada umumnya. Gonjo yang digunakan adalah Gonjo Wulung (tanpa pamor) dengan bentuk Sirah Cecak runcing dan panjang dengan buntut urang yang nguceng mati, Kembang Kacang Nggelung Wayang. Jalennya pendek dengan Lambe Gajah yang lebih panjang dari Jalen. Sogokan tidak terlalu dalam dengan Janur yang tipis tetapi tegas sampai ke pangkal bilah. Wrangka (sarung) keris ini menggunakan gaya Surakarta yang terbuat dari kayu cendana.

Raga Pasung, atau Rangga Pasung, memiliki makna sesuatu yang dijadikan sebagai upeti. Dalam hidup di dunia, sesungguhnya hidup dan diri manusia ini telah diupetikan kepada Tuhan YME. Dalam arti bahwa hidup manusia ini sesungguhnya telah diperuntukkan untuk beribadah, menyembah kepada Tuhan YME. Dan karena itu kita manusia harus ingat bahwa segala sesuatu yang kita miliki di dunia ini sesungguhnya semu dan kesemuanya adalah milik Tuhan YME.

Bethok Brojol, adalah keris dari tangguh tua juga. Keris semacam ini umumnya ditemui pada tangguh tua seperti Kediri/Singasari atau Majapahit. Dikatakan Bethok Brojol karena bentuknya yang pendek dan sederhana tanpa ricikan kecuali Pijetan sepeti keris dapur Brojol.

Puthut Kembar, oleh banyak kalangan awam disebut sebagai Keris Umphyang. Padahal sesungguhnya Umphyang adalah nama seorang empu, bukan nama dapur keris. Juga ada keris dapur Puthut Kembar yang pada bilahnya terdapat rajah dalam aksara Jawa kuno yang tertulis “Umpyang Jimbe”. Ini juga merupakan keris buatan baru, mengingat tidak ada sama sekali dalam sejarah perkerisan di mana sang empu menuliskan namanya pada bilah keris sebagai label atau trade mark dirinya. Ini merupakan kekeliruan yang bisa merusak pemahaman terhadap budaya perkerisan. Puthut, dalam terminologi Jawa bermakna Cantrik, atau orang yang membantu atau menjadi murid dari seorang pandita/empu pada zaman dahulu. Bentuk Puthut ini konon berasal dari legenda tentang cantrik atau santri yang diminta untuk menjaga sebilah pusaka oleh sang Pandita, juga diminta untuk terus berdoa dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Bentuk orang menggunakan Gelungan di atas kepala, menunjukkan adat menyanggul rambut pada zaman dahulu. Bentuk wajah, walau samar, tetapi masih terlihat jelas guratannya. Beberapa kalangan menyebutkan bahwa dapur Puthut mulanya dibuat oleh Empu Umpyang yang hidup pada era Pajang awal. Tetapi ini pun masih belum bisa dibuktikan secara ilmiah karena tidak didukung oleh bukti-bukti sejarah.

Pajang, dalam Nagarakretagama yang ditulis pada zaman Majapahit disebutkan adanya Pajang pada zaman tersebut. Oleh karena itu, sangat sulit untuk mengidentifikasi, apakah keris dengan besi Majapahit. Tetapi juga ada ciri keris Pajang bisa dikatakan tangguh Pajang-Majapahit, yang berarti keris buatan Pajang pada era Majapahit akhir (?).

Keris Lurus Semelang; dalam bahasa Jawa bermakna kekhawatiran atau kecemasan terhadap sesuatu. Sedangkan Gandring memiliki arti setia atau kesetiaan yang juga bermakna pengabdian. Dengan demikian, Sumelang Gandring memiliki makna sebagai bentuk dari sebuah kecemasan atas ketidaksetiaan akibat adanya perubahan. Ricikan keris ini antara lain: gandik polos, sogokan satu di bagian depan dan umumnya dangkal dan sempit, serta sraweyan dan tingil. Beberapa kalangan menyebutkan bahwa keris dapur Sumelang Gandring termasuk keris dapur yang langka atau jarang ditemui walau banyak dikenal di masyarakat perkerisan. (Ensiklopedia Keris: 445-446). Konon salah satu pusaka kerajaan Majapahit ada yang bernama Kanjeng Kyai.

Sumelang Gandring; pusaka ini hilang dari Gedhong Pusaka Keraton. Lalu Raja menugaskan Empu Supo Mandangi untuk mencari kembali pusaka yang hilang tersebut. Dari sinilah berawal tutur mengenai nama Empu Pitrang yang tidak lain juga adalah Empu Supo Mandrangi (Ensiklopedia Keris: 343-345).

Tilam Upih, dalam terminologi Jawa bermakna tikar yang terbuat dari anyaman daun untuk tidur, diistilahkan untuk menunjukkan ketenteraman keluarga atau rumah tangga. Oleh karena itu, banyak sekali pusaka keluarga yang diberikan secara turun-temurun dalam dapur Tilam Upih. Ini menunjukkan adanya harapan dari para sesepuh keluarga agar anak-cucunya nanti bisa memperoleh ketenteraman dan kesejahteraan dalam hidup berumah tangga.

Sedangkan Pamor ini dinamakan Udan Masm Tiban. Ini karena terlihat dari penerapan pamor yang seperti tidak direncanakan sebelumnya oleh si empu. Berbeda dengan kebanyakan Udan Mas Rekan yang bulatannya sangat rapi dan teratur, Udan Mas Tiban ini bulatannya kurang begitu teratur tetapi masih tersusun dalam pola 2-1-2. Pada 1930-an, yang dimaksud dengan pamor Udan Mas adalah Pamor Udan Mas Tiban yang pembuatannya tidak direncanakan oleh sang empu (bukan pamor rekan). Ini dikarenakan pamor Udan Mas yang rekan dicurigai sebagai pamor buatan (rekan). Tetapi toh juga banyak keris pamor udan mas rekan yang juga merupakan pembawaan dari zaman dahulu.

Oleh banyak kalangan, keris dengan Pamor Udan Mas dianggap memiliki tuah untuk memudahkan pemiliknya mendapatkan rezeki. Dengan rezeki yang cukup,diharapkan seseorang bisa membina rumah tangga dan keluarga lebih baik dan sejahtera. Lar Gang Sir konon merupakan kepanjangan dari Gelar Ageman Siro yang memiliki makna bahwa gelar atau jabatan dan pangkat di dunia ini hanyalah sebuah ageman atau pakaian. Suatu saat tentu akan ditanggalkan. Karena itu jika kita memiliki jabatan/pangkat atau kekayaan, maka janganlah kita sombong dan takabur (Jawa = ojo dumeh). Jangan mentang-mentang memiliki kekuasaan, pangkat dan jabatan atau kekayaan, maka kita bisa seenaknya sendiri sesuai keinginan kita tanpa memikirkan kepentingan orang lain.

Kesimpulan

Dalam dunia keris terdapat tiga kelompok pandangan yang berbeda. Pandangan pertama yang berkembang bahwa:

1. Keris adalah hasil kebudayaan, kagunan, atau kesenian.

2. Keris merupakan senjata pusaka dikarenakan daya gaib atau tuah yang dimilikinya.

3. Keris merupakan pusaka dengan berbagai variasi pemaknaannya dan dinyatakan dengan istilah-istilah yang hanya dikenali oleh kalangan tersebut, terutama makna-makna sosial, historis, filosofis, etis, dan religius-mistis.

Dari ketiga pandangan di atas dapat kita ketahui bahwa keris merupakan karya agung yang harus dilestarikan. Karena jika dilihat dari kacamata desain, sebuah keris memiliki berbagai keunikan yang sangat spesifik. Hal ini terbukti dengan penamaan setiap lekuk yang begitu detail di setiap bagiannya.

Jika ditilik dari makna yang terkandung pada sebilah keris, di situ tecermin kearifan lokal terutama masyarakat jawa yang menjadikan keris sebagai simbol kekuatan sekaligus mewakili karakter yang memilikinya. Desain keris memunyai kekuatan tersendiri dalam membentuk kearifan lokal yang selanjutnya bisa menjadi indikator kebudayaan di suatu tempat.


Sumber: http://njowo.multiply.com

Diambil dari makalah berjudul sama karya Warto, kandidat dosen jurusan Dakwah STAIN Purwokerto

Lanjutkan!
Diposting oleh Almas Label: ,
Minggu, 13 Desember 2009 di 23.13 | 0 komentar  
Bila orang Jawa memperingati pergantian Tahun Jawa pada malam 1 Sura (baca Suro), mereka seharusnya menghormati pencipta Kalender Jawa, yaitu Sultan Agung, raja terbesar Mataram Islam yang memerintah pada tahun 1613-1645. Dialah yang menciptakan Kalender Jawa yang merupakan perpaduan Kalender Saka yang berasal dari India (penanggalan syamsiah-kamariah/candra-surya/luni-solar) dengan Kalender Hijriah asal Arab.

Waktu itu Kalender Saka bertarikh tahun 1547 sementara Kalender Hijriyah bertarikh tahun 1035. Pada tahun 1625 Sultan Agung yang berusaha menyebarkan Agama Islam berusaha merangkul orang Jawa yang kala itu mayoritas memeluk agama Hindu-Budha yang menggunakan Kalender Saka. Ada analisis, agar penyebaran Agama Islam itu tidak memunculkan konflik, maka lewat budayalah penyebaran itu dilakukan. Hal itu sudah dimulai oleh para wali sejak pemerintah Kasultanan Demak pada beberapa dekade sebelumnya.

Ketika Kalender Jawa resmi digunakan, tarikh tahun Saka masih tetap digunakan sebagai azas kesinambungan. Maka tahun 1547 diteruskan sebagai Tahun Jawa. Ada 12 bulan di Kalender Jawa yakni: Sura, Sapar, Mulud, Bakda Mulud, Jumadilawal, Jumadilakhir, Rejeb, Ruwah (arwah/saban), Pasa (puwasa, syiam, ramelan), Sawal, Sela (Dulkangidah, apit), Besar (Dulkijah).


Kalender Jawa juga mengenal nama-nama tahun seperti orang China. Ada delapan tahun di Jawa yaitu Alip, Ehe, Jimawal, Je, Dal, Be, Wawu, dan Jimakir. Delapan tahun itu disebut satu windu. Oleh karena itu ada ritual peringatan satu windu – semacam ulang tahun – pada budaya Jawa.

Pembuatan Kalender Jawa itu sekaligus juga untuk merangkul seluruh rakyat Jawa untuk menyatu di bawah kekuasaan Mataram. Dan pada gilirannya kemudian dijadikan sebuah momentum politik menggalang kekuatan untuk menyerbu Belanda dengan VOC-nya di Batavia pada tahun 1628 dan 1629.

Beberapa penulis sejarah berpendapat Sultan Agung mengembangkan budaya pedalaman Jawa yang berciri kejawen, feodal dan berbau mistik. Hal itu berbeda dengan para raja sebelumnya yang berciri perniagaan sehingga banyak pelabuhan tumbuh subur di pesisir utara Jawa.

Kemungkinan, budaya feodal dan mistik itu terpengaruh dengan letak ibu kota kerajaan yang berada di pedalaman dan akhirnya berorientasi ke laut selatan yang bersifat mistis dengan kepercayaan pada Nyi Roro Kidul, penguasa gaib di laut selatan Pulau Jawa. Konon, Nyi Roro Kidul itu memiliki perjanjian menikah dengan para raja Mataram sejak masa Panembahan Senapati sebagai bagian dari persekutuan mistis.

”Kungkum” hingga Meditasi
Peringatan Tahun Baru Jawa yang dikenal dengan Malem 1 Sura akhirnya menjadi tradisi di Jawa dan Madura, terutama di bekas kekuasaan Mataram semasa pemerintahan Sultan Agung minus Jakarta, Banten, dan Banyuwangi (Blambangan).

”Saya akan mandi kungkum. Itu merupakan lelaku bagi saya sebagai orang Jawa yang percaya terhadap kesakralan pergantian tahun. Ini memang seperti pesta pergantian tahun Masehi. Bedanya, Tahun Baru Masehi dengan hura-hura, Tahun Baru Jawa dengan tirakat,” kata Suroto, warga Banyumanik, Semarang.
Di Jawa Tengah sendiri, peringatan 1 Sura akhirnya memang perpaduan antara budaya Jawa dan Islam. Oleh karena itu ada perayaan 1 Sura dan ada perayaan 1 Muharam yang berkiblat pada Tahun Hijriyah.
Di Solo, di Pura Mangkunegaran, ada acara penjamasan dan kirab pusaka, sementara Keraton Kasunanan Surakarta ada penjamasan pusaka dan kirab kerbau bule Kyai Slamet.

Budaya mubeng benteng (memutari benteng kraton) dilakukan oleh masyarakat Yogyakarta. Mereka memutari benteng Keraton Yogyakarta dengan cara membisu. Hal yang sama juga dilakukan oleh masyarakat di sekitar Kadipaten Pura Pakualaman.

Di pemandian air panas Guci, Kabupaten Tegal, ada ritual tirakatan dan mandi kungkum (berendam). Hal yang sama juga terjadi di Kali Garang di Tugu Suharto, Semarang. Tirakatan juga terjadi di Kelenteng Sam Poo Kong. Sementara di Gumuk Brawijaya di Candi Dukuh, Semarang, ada meditasi dan tirakatan.
Di beberapa petilasan para wali penyebar agama Islam seperti di makam Sunan Kudus, makam Sunan Muria di Kudus, makam Sunan Kalijaga di Kadilangu ada acara tirakatan. Di Gunung Merapi, masyarakat Boyolali juga menggelar sedekah Gunung Merapi. Sementara di Gunung Slamet di Kabupaten Banyumas ada Grebeg Suran oleh masyarakat desa di kaki gunung itu.

Satu Sura memang istimewa bagi wong Jawa. Apakah tahun baru Jawa itu akan membawa rezeki lebih baik seperti harapan kalangan Tionghoa setiap memperingati Imlek, tampaknya memang ada perbedaan dalam menyikapi pergantian tahun.

Orang Jawa lebih mementingkan ketentraman batin dan keselamatan, sementara kalangan Tionghoa yang akrab dengan bisnis mengharap melimpahnya rezeki.
Lanjutkan!
Diposting oleh Almas Label: ,
Perayaan Bulan Sura (tahun baru Jawa) di Paramaribo, Suriname, Amerika Selatan, berlangsung meriah dengan dihadiri ratusan komunitas Jawa setempat, pejabat negara, dan diminati para turis. Demikian dikatakan Dubes RI di Paramaribo, Suparmin Sunjoyo.

Ia mengatakan organisasi sosial-budaya komunitas Jawa yang dipimpin Sapto Sopawiro di Suriname mengadakan "Tjarita Wudjud Ngesti Tunggal" untuk merayakan Tradisi Suran. Perayaan Suran yang dihadiri komunitas Jawa dari berbagai distrik di Suriname, turis dari Eropa, dan etnis lainnya itu diisi dengan pagelaran Macapatan (melantunkan tembang Jawa.

Ini adalah tradisi di kalangan suku Jawa di Indonesia. Di Suriname yang seperlima dari 481.146 penduduknya orang Jawa (sensus 2003), tradisi macapat pernah hidup sebelum Suriname merdeka, tetapi saat ini sudah jarang dilakukan.

Semua jenis tembang macapat seperti Asmarandana, Dandanggula, Durma, Gambuh, Kinanthi, Maskumambang, Megatruh, Mijil, Pangkur, Pucung, dan Sinom ditampilkan para hadirin. Dubes Suparmin menyumbang tembang Pangkur dan Maskumambang, sementara dua staf KBRI Paramaribo lainnya menembang Dandanggula, Megatruh, Durma, dan Asmarandana.

Dalam kesempatn itu disampaikan rencana KBRI Paramaribo untuk menyelenggarakan Seminar Internasional Bahasa Jawa di Paramaribo, 5 Mei 2005. Acara yang berlangsung pada 18 Februari 2005 itu mendapat sambutan besar dari berbagai kalangan dan disiarkan oleh televisi setempat.

Organisasi "Pernatan Adat Jawa Sunaring Muljo Sedjati," pimpinan Eddy Djojomoenawi, pada 25 Februari lalu juga merayakan Lebaran Sura (Tahun Baru Jawa 1938) di Nuweer Gevondeweg, Paramaribo.

Hadir dalam acara itu Menteri Pendidikan dan Pengembangan Masyarakat Suriname Walter Sandriman, Menteri Sosial dan Perumahan Rakyat Suriname Samuel Pawironadi, Menteri Perdagangan dan Industri Suriname Michael Jong Chien Fa, Ketua Parpol Pertjajah Luhur/mantan Mensos Paul Salam Somohardjo, dan Ketua Parpol Kerukunan Tulodho Pranatan Inggil, Willy Soemita, serta Suparmin.

Dalam sambutannya, Dubes RI memberi apresiasi atas upaya komunitas Jawa yang terpisah 100 tahun lebih dari leluhurnya tetapi tetap menjaga dan melestarikan tradisi Jawa. "Apalagi para penabuh gamelan dalam acara tersebut dari kalangan generasi muda (yunior)," kata Suparmin.

Dubes RI juga mengumumkan bahwa mulai 28 Februari 2005 KBRI Paramaribo membuka lagi angkatan baru kursus-kursus Bahasa Indonesia, Bahasa Jawa, dan Tarian-Tarian Daerah Indonesia, yang terbuka untuk umum.

Ketua parpol Pertjajah Luhur Paul Somohardjo, Menteri Pendidikan Walter Sandriman, dan Menteri Sosial Samuel Pawironadi, yang juga memberi sambutan dalam acara tersebut semua memberi ucapan selamat tahun baru.

Mereka juga mengimbau kalangan warga Suriname keturunan Jawa agar bersama-sama dengan Warga Suriname dari etnis lain untuk ikut membangun negara. Menteri Sosial Samuel Pawironadi dan Menteri Pendidikan Walter Sandriman keduanya memberikan apresiasi atas upaya KBRI Paramaribo memelihara seni budaya Jawa melalui kursus-kursus. Samuel mengajak hadirin dan keluarganya agar mengikuti kursus-kursus tersebut.

Perayaan diisi dengan kenduri dan doa keselamatan dengan menggunakan bahasa Jawa, lalu dimeriahkan dengan pertunjukan tari-tarian, seni gamelan dengan penabuh dari kalangan muda, serta wayang kulit yang mengambil lakon `Semar Boyong` dengan dalang Ki Giman Kromodikoro.

Sebelum pagelaran wayang kulit didahului dengan tari-tarian Gambyong, Tari Kiprah (Gatutkaca Gandrung), Perang-perangan Arjuna-Cakil, Jaran Kepang Putri, dan Jaran Kepang Putra, yang semuanya dibawakan kalangan muda Suriname dari organisasi seni Zangho Horse Dijkveld pimpinan Gheger Poidjojo.



-Kapanlagi.com
Lanjutkan!
Diposting oleh Almas Label:



Salah satu ciri khas seni budaya Kabupaten Ponorogo Jawa Timur adalah kesenian Reog Ponorogo. Reog, sering diidentikkan dengan dunia hitam, preman atau jagoan serta tak lepas pula dari dunia mistis dan kekuatan supranatural. Reog mempertontonkan keperkasaan pembarong dalam mengangkat dadak merak seberat sekitar 50 kilogram dengan kekuatan gigitan gigi sepanjang pertunjukan berlangsung. Instrumen pengiringnya, kempul, ketuk, kenong, genggam, ketipung, angklung dan terutama salompret, menyuarakan nada slendro dan pelog yang memunculkan atmosfir mistis, unik, eksotis serta membangkitkan semangat. Satu group Reog biasanya terdiri dari seorang Warok Tua, sejumlah warok muda, pembarong dan penari Bujang Ganong dan Prabu Kelono Suwandono. Jumlah kelompok reog berkisar antara 20 hingga 30-an orang, peran utama berada pada tangan warok dan pembarongnya.


Pembarong dengan Dadak Merak

Seorang pembarong, harus memiliki kekuatan ekstra. Dia harus mempunyai kekuatan rahang yang baik, untuk menahan dengan gigitannya beban “Dadak Merak” yakni sebentuk kepala harimau dihiasi ratusan helai bulu-bulu burung merak setinggi dua meter yang beratnya bisa mencapai 50-an kilogram selama masa pertunjukan. Konon kekuatan gaib sering dipakai pembarong untuk menambah kekuatan ekstra ini, salah satunya dengan cara memakai susuk, di leher pembarong. Untuk menjadi pembarong tidak cukup hanya dengan tubuh yang kuat. Seorang pembarong pun harus dilengkapi dengan sesuatu yang disebut kalangan pembarong dengan wahyu yang diyakini para pembarong sebagai sesuatu yang amat penting dalam hidup mereka. Tanpa diberkati wahyu, tarian yang ditampilkan seorang pembarong tidak akan tampak luwes dan enak untuk ditonton. Namun demikian persepsi misitis pembarong kini digeser dan lebih banyak dilakukan dengan pendekatan rasional. Menurut seorang sesepuh Reog, Mbah Wo Kucing “Reog itu nggak perlu ndadi. Kalau ndadi itu ya namanya bukan reog, itu jathilan. Dalam reog, yang perlu kan keindahannya“.

Legenda Cerita Reog

Reog dimanfaatkan sebagai sarana mengumpulkan massa dan merupakan saluran komunikasi yang efektif bagi penguasa pada waktu itu. Ki Ageng Mirah kemudian membuat cerita legendaris mengenai Kerajaan Bantaranangin yang oleh sebagian besar masyarakat Ponorogo dipercaya sebagai sejarah. Adipati Batorokatong yang beragama Islam juga memanfaatkan barongan ini untuk menyebarkan agama Islam. Nama Singa Barongan kemudian diubah menjadi Reog, yang berasal dari kata Riyoqun, yang berarti khusnul khatimah yang bermakna walaupun sepanjang hidupnya bergelimang dosa, namun bila akhirnya sadar dan bertaqwa kepada Allah, maka surga jaminannya. Selanjutnya kesenian reog terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Kisah reog terus menyadur cerita ciptaan Ki Ageng Mirah yang diteruskan mulut ke mulut, dari generasi ke generasi.

Menurut legenda Reog atau Barongan bermula dari kisah Demang Ki Ageng Kutu Suryonggalan yang ingin menyindir Raja Majapahit, Prabu Brawijaya V. Sang Prabu pada waktu itu sering tidak memenuhi kewajibannya karena terlalu dipengaruhi dan dikendalikan oleh sang permaisuri. Oleh karena itu dibuatlah barongan yang terbuat dari kulit macan gembong (harimau Jawa) yang ditunggangi burung merak. Sang prabu dilambangkan sebagai harimau sedangkan merak yang menungganginya melambangkan sang permaisuri. Selain itu agar sindirannya tersebut aman, Ki Ageng melindunginya dengan pasukan terlatih yang diperkuat dengan jajaran para warok yang sakti mandraguna. Di masa kekuasaan Adipati Batorokatong yang memerintah Ponorogo sekitar 500 tahun lalu, reog mulai berkembang menjadi kesenian rakyat. Pendamping Adipati yang bernama Ki Ageng Mirah menggunakan reog untuk mengembangkan kekuasaannya.

Reog mengacu pada beberapa babad, Salah satunya adalah babad Kelana Sewandana. Babad Klana Sewandana yang konon merupakan pakem asli seni pertunjukan reog. Mirip kisah Bandung Bondowoso dalam legenda Lara Jongrang, Babad Klono Sewondono juga berkisah tentang cinta seorang raja, Sewondono dari Kerajaan Jenggala, yang hampir ditolak oleh Dewi Sanggalangit dari Kerajaan Kediri. Sang putri meminta Sewondono untuk memboyong seluruh isi hutan ke istana sebagai mas kawin. Demi memenuhi permintaan sang putri, Sewandono harus mengalahkan penunggu hutan, Singa Barong (dadak merak). Namun hal tersebut tentu saja tidak mudah. Para warok, prajurit, dan patih dari Jenggala pun menjadi korban. Bersenjatakan cemeti pusaka Samandiman, Sewondono turun sendiri ke gelanggang dan mengalahkan Singobarong. Pertunjukan reog digambarkan dengan tarian para prajurit yang tak cuma didominasi para pria tetapi juga wanita, gerak bringasan para warok, serta gagah dan gebyar kostum Sewandana, sang raja pencari cinta.

Versi lain dalam Reog Ponorogo mengambil kisah Panji. Ceritanya berkisar tentang perjalanan Prabu Kelana Sewandana mencari gadis pujaannya, ditemani prajurit berkuda dan patihnya yang setia, Pujangganong. Ketika pilihan sang prabu jatuh pada putri Kediri, Dewi Sanggalangit, sang dewi memberi syarat bahwa ia akan menerima cintanya apabila sang prabu bersedia menciptakan sebuah kesenian baru. Dari situ terciptalah Reog Ponorogo. Huruf-huruf reyog mewakili sebuah huruf depan kata-kata dalam tembang macapat Pocung yang berbunyi: Rasa kidung/ Ingwang sukma adiluhung/ Yang Widhi/ Olah kridaning Gusti/ Gelar gulung kersaning Kang Maha Kuasa. Unsur mistis merupakan kekuatan spiritual yang memberikan nafas pada kesenian Reog Ponorogo.

Warok

Warok sampai sekarang masih mendapat tempat sebagai sesepuh di masyarakatnya. Kedekatannya dengan dunia spiritual sering membuat seorang warok dimintai nasehatnya atas sebagai pegangan spiritual ataupun ketentraman hidup. Seorang warok konon harus menguasai apa yang disebut Reh Kamusankan Sejati, jalan kemanusiaan yang sejati.


Warok dalam pertunjukan Reog Ponorogo

Warok adalah pasukan yang bersandar pada kebenaran dalam pertarungan antara kebaikan dan kejahatan dalam cerita kesenian reog. Warok Tua adalah tokoh pengayom, sedangkan Warok Muda adalah warok yang masih dalam taraf menuntut ilmu. Hingga saat ini, Warok dipersepsikan sebagai tokoh yang pemerannya harus memiliki kekuatan gaib tertentu. Bahkan tidak sedikit cerita buruk seputar kehidupan warok. Warok adalah sosok dengan stereotip: memakai kolor, berpakaian hitam-hitam, memiliki kesaktian dan gemblakan.Menurut sesepuh warok, Kasni Gunopati atau yang dikenal Mbah Wo Kucing, warok bukanlah seorang yang takabur karena kekuatan yang dimilikinya. Warok adalah orang yang mempunyai tekad suci, siap memberikan tuntunan dan perlindungan tanpa pamrih. “Warok itu berasal dari kata wewarah. Warok adalah wong kang sugih wewarah. Artinya, seseorang menjadi warok karena mampu memberi petunjuk atau pengajaran kepada orang lain tentang hidup yang baik”.“Warok iku wong kang wus purna saka sakabehing laku, lan wus menep ing rasa” (Warok adalah orang yang sudah sempurna dalam laku hidupnya, dan sampai pada pengendapan batin).

Syarat menjadi Warok

Warok harus menjalankan laku. “Syaratnya, tubuh harus bersih karena akan diisi. Warok harus bisa mengekang segala hawa nafsu, menahan lapar dan haus, juga tidak bersentuhan dengan perempuan. Persyaratan lainnya, seorang calon warok harus menyediakan seekor ayam jago, kain mori 2,5 meter, tikar pandan, dan selamatan bersama. Setelah itu, calon warok akan ditempa dengan berbagai ilmu kanuragan dan ilmu kebatinan. Setelah dinyatakan menguasai ilmu tersebut, ia lalu dikukuhkan menjadi seorang warok sejati. Ia memperoleh senjata yang disebut kolor wasiat, serupa tali panjang berwarna putih, senjata andalan para warok. Warok sejati pada masa sekarang hanya menjadi legenda yang tersisa. Beberapa kelompok warok di daerah-daerah tertentu masih ada yang memegang teguh budaya mereka dan masih dipandang sebagai seseorang yang dituakan dan disegani, bahkan kadang para pejabat pemerintah selalu meminta restunya.

Gemblakan

Selain segala persyaratan yang harus dijalani oleh para warok tersebut, selanjutnya muncul disebut dengan Gemblakan. Dahulu warok dikenal mempunyai banyak gemblak, yaitu lelaki belasan tahun usia 12-15 tahun berparas tampan dan terawat yang dipelihara sebagai kelangenan, yang kadang lebih disayangi ketimbang istri dan anaknya. Memelihara gemblak adalah tradisi yang telah berakar kuat pada komunitas seniman reog. Bagi seorang warok hal tersebut adalah hal yang wajar dan diterima masyarakat. Konon sesama warok pernah beradu kesaktian untuk memperebutkan seorang gemblak idaman dan selain itu kadang terjadi pinjam meminjam gemblak. Biaya yang dikeluarkan warok untuk seorang gemblak tidak murah. Bila gemblak bersekolah maka warok yang memeliharanya harus membiayai keperluan sekolahnya di samping memberinya makan dan tempat tinggal. Sedangkan jika gemblak tidak bersekolah maka setiap tahun warok memberikannya seekor sapi. Dalam tradisi yang dibawa oleh Ki Ageng Suryongalam, kesaktian bisa diperoleh bila seorang warok rela tidak berhubungan seksual dengan perempuan. Hal itu konon merupakan sebuah keharusan yang berasal dari perintah sang guru untuk memperoleh kesaktian.

Kewajiban setiap warok untuk memelihara gemblak dipercaya agar bisa mempertahankan kesaktiannya. Selain itu ada kepercayaan kuat di kalangan warok, hubungan intim dengan perempuan biarpun dengan istri sendiri, bisa melunturkan seluruh kesaktian warok. Saling mengasihi, menyayangi dan berusaha menyenangkan merupakan ciri khas hubungan khusus antara gemblak dan waroknya. Praktik gemblakan di kalangan warok, diidentifikasi sebagai praktik homoseksual karena warok tak boleh mengumbar hawa nafsu kepada perempuan.

Saat ini memang sudah terjadi pergeseran dalam hubungannya dengan gemblakan. Di masa sekarang gemblak sulit ditemui. Tradisi memelihara gemblak, kini semakin luntur. Gemblak yang dahulu biasa berperan sebagai penari jatilan (kuda lumping), kini perannya digantikan oleh remaja putri. Padahal dahulu kesenian ini ditampilkan tanpa seorang wanita pun.

Reog di masa sekarang

Seniman Reog Ponorogo lulusan sekolah-sekolah seni turut memberikan sentuhan pada perkembangan tari reog ponorogo. Mahasiswa sekolah seni memperkenalkan estetika seni panggung dan gerakan-gerakan koreografis, maka jadilah reog ponorogo dengan format festival seperti sekarang. Ada alur cerita, urut-urutan siapa yang tampil lebih dulu, yaitu Warok, kemudian jatilan, Bujangganong, Klana Sewandana, barulah Barongan atau Dadak Merak di bagian akhir. Saat salah satu unsur tersebut beraksi, unsur lain ikut bergerak atau menari meski tidak menonjol. Beberapa tahun yang lalu Yayasan Reog Ponorogo memprakarsai berdirinya Paguyuban Reog Nusantara yang anggotanya terdiri atas grup-grup reog dari berbagai daerah di Indonesia yang pernah ambil bagian dalam Festival Reog Nasional. Reog ponorogo menjadi sangat terbuka akan pengayaan dan perubahan ragam geraknya.
Lanjutkan!
Diposting oleh Almas Label:







Mobil kepresidenan Barack Obama yang selama ini menjadi penantian pemerhati otomotif dunia adalah Cadillac One, produk keluaran General Motors (GM) Cadillac yang didesain khusus melindungi orang nomor satu AS tersebut dalam kegiatan dinasnya sehari-hari.

Limousine yang biasa disebut The Beast ini memiliki spesifikasi khusus layaknya tank perang guna melindungi nyawa Obama. Meski Secret Service AS pada awalnya tidak melansir detail Cadillac One kepada publik dengan alasan keamanan, namun akhirnya terkuak juga ke masyarakat. Seperti apa kelebihannya? Berikut gambarannya:










Chassis
Dipersenjatai dengan rangka truk berukuran medium serta diperkuat dengan kevlar dan logam setebal 5 inch di bawah mobil yang tahan bom dan granat.

Bodi
Perpaduan eksterior Cadillac STS and DTS. Dibuat dari baja hardened, titanium, aluminium dan dilapis keramik untuk menahan serangan peluru penembus metal.

Pintu
Berlapis baja tahan peluru setebal 8 inch dan memiliki berat sama dengan pintu pesawat Boeing 757. Pintu pengemudi tahan peluru penembus metal (armor-piercing bullets) dan hanya bisa dibuka maksimum selebar 3 inch demi alasan keamanan, dan memudahkan sopir untuk membayar karcis tol atau berbicara dengan pengawal kepresidenan di sebelahnya.

Sopir
Ditraining khusus oleh CIA dalam menghadapi situasi keamanan segenting apapun.

Ruang pengemudi
Standar, tapi dashboard dilengkapi pelacak GPS dan pusat komunikasi.

Ruang belakang
Berkapasitas 4 orang dengan partisi kaca tahan peluru. Hanya Obama yang punya switch pembukanya. Ukuran jendela lebih luas dari mobil kepresidenan sebelumnya. Punya "Panic Button" seandainya ada masalah keamanan.

Teknologi Informasi
Dilengkapi komputer dengan akses Wi-Fi, telepon satelit yang punya koneksi sambungan langsung ke Wakil Presiden dan Pentagon.

Tangki Bensin
Dilengkapi dengan lapisan penahan benturan dan busa spesial yang dapat mencegah meledaknya tangki, meskipun mendapat benturan dan tembakan langsung.

Roda
Diperkuat dengan kevlar, tahan sobek dan pecah, dengan penguat baja. Memungkinkan mobil berlari dalam kecepatan penuh, dalam kondisi ban apapun.

Bagasi
Bagasi dilengkapi tabung oksigen dan pemadam kebakaran.

Peralatan pertahanan
Dilengkapi dengan shotgun, night-vision, dan kanon gas air mata. Ada satu tabung berisi darah Presiden, seandainya membutuhkan transfusi darah darurat.

Bendera
Bendera AS dan Kepresidenan terdapat pada fender depan dengan fitur LED guna menyoroti bendera di malam hari.

Mesin & Konsumsi Bahan Bakar
Mesin 6500cc diesel. Kecepatan maksimum 60 mil/jam (96 km/jam).
Konsumsi bahan bakar sekitar 8 mil per galon

Read more: http://unic77.blogspot.com/2009/11/keren-bgt-detail-mobil-kepresidenan.html#ixzz0ZYmiw5yF
Lanjutkan!
Diposting oleh Almas Label:
10. Porsche Carrera GT
Kecepatan maksimal 205 mph, percepatan dari 0-60 ditempuh dalam waktu 3.9 detik. mesin V10 dengan daya 612 hp. Harga kisaran $440,000




9. Lamborghini Murcielago LP640
Kecepatan maksimal 211 mph, percepatan dari 0-60 ditempuh dalam waktu 3.3 detik. mesin V12 dengan daya 640 hp. Harga kisaran $430,000



8. Pagani Zonda F
Kecepatan maksimal 215 mph, percepatan dari 0-60 ditempuh dalam waktu 3.5 detik. mesin V12 dengan daya 650 hp. Harga kisaran $667,321




7. Jaguar XJ220
Kecepatan maksimal 217 mph, percepatan dari 0-60 ditempuh dalam waktu 3.8 detik. Memiliki daya 542 hp. dibuat pertama pada thn 1992. harga kisaran $650,000



6. Ferrari Enzo
Kecepatan maksimal 217 mph, percepatan dari 0-60 ditempuh dalam waktu 3.4 detik. Memiliki daya 660 hp. Harga kisaran $670,000. hanya 399 yang diproduksi hingga saat ini.



5. McLaren F1
Kecepatan maksimal 240 mph, percepatan dari 0-60 ditempuh dlm waktu 3.2 detik. Memiliki daya 627 hp. Harga kisaran $970,000




4. Koenigsegg CCX
Kecepatan maksimal 245 mph, percepatan dari 0-60 ditempuh dalam waktu 3.2 detik. Memiliki daya 806 hp. Harga kisaran $545,568.



3. Saleen S7 Twin-Turbo
Kecepatan maksimal 248 mph, percepatan dari 0-60 ditempuh dlm waktu 3.2 detik. Memiliki daya 750 hp. harga kisaran $555,000.





2. Bugatti Veyron
Kecepatan maksimal 253 mph, percepatan dari 0-60 ditempuh dlm waktu 2.5 detik. Memiliki daya 1001 hp. Harga kisaran $1,700,000




1. SSC Ultimate Aero
Kecepatan maksimal 257 mph, percepatan dari 0-60 ditempuh dlm waktu 2.7 detik. Memiliki daya 1183 hp. Harga kisaran $654,400. Diuji pada bulan maret 2007 ole Guinness world of record.

Lanjutkan!
Diposting oleh Almas Label:
Sejumlah kalangan masih menanti keputusan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono soal mobil dinas menteri Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II. Sebab, hingga saat ini Presiden belum menentukan mobil apa yang akan dia berikan kepada para pembantu-pembantunya itu.

Kabar yang beredar, SBY akan memilih Toyota lagi, tepatnya Crown Majesta. Pilihan ini beberapa tingkat di atas mobil dinas kabinet SBY sebelumnya, Toyota Camry V6.

Yudhoyono, telah mengubah fanatisme Volvo sebagai kendaraan dinas menteri. Sejak Presiden Soeharto hingga Megawati Soekarnoputri, Volvo menjadi pilihan mobil dinas menteri.

Berikut mobil jatah menteri dari kabinet ke kabinet:

1. Kabinet Soekarno
Presiden Soekarno memberikan masing-masing satu mobil dinas Dodge Dart untuk para menterinya. Bahkan mobil yang sama juga diberikan kepada perdana menteri dan wakil perdana menteri.





2. Kabinet Soeharto
Rezim Soeharto selalu memilih Volvo sebagai tunggangan para menterinya. Seri 264 GL yang berkesan eksklusif dan mewah ini dipakai sejak 1978. Sosoknya yang terkesan klasik dan mewah membuat Volvo dianggap pas untuk menambah wibawa para pejabat tinggi.

Volvo 264 GL merupakan pengembangan dari 264 DL yang didesain Jan Wilsgaard, memakai mesin Volvo V6 PRV Automatic 2.664 cc dengan 6 silinder.






3. Kabinet Reformasi
Pemerintahan BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, dan Megawati Soekarnoputri

Volvo 960 pertama kali diproduksi pada 1991 di Amerika Serikat. Mulai 1992 hingga 1998 dikerjakan di Swedia. Sejak 1998, mobil ini berubah nama menjadi S90.






4. Kabinet Indonesia Bersatu Jilid I
Saat Susilo Bambang Yudhoyono, penggunaan Volvo dihentikan. SBY memiilih Toyota Camry V6. Mobil ini dipakai para pejabat negara, menteri kabinet, dan para pemimpin lembaga negara.





5. Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II
Sepertinya Yudhoyono bakal membagi-bagikan Crown Majesta kepada pembantu-pembantunya. Mobil mewah ini hanya dipasarkan di Jepang. Meski harganya sekitar Rp 700 juta, bila dibawa ke Indonesia harganya bisa berlipat hingga di atas Rp 1 miliar. Sebab, produsen tidak menanggung ongkos kirim dan pajak.





memembagikan mobil bagi para menteri-menterinya Volvo 960. Mobil ini merupakan bekas Konferensi Tingkat Tinggi APEC 1992. Saat itu Soeharto memborong mobil yang disediakan bagi para pemimpin sejumlah negara.

Read more: http://unic77.blogspot.com/2009/11/mengintip-mobil-mobil-menteri-dari.html#ixzz0ZYhksQY0
Lanjutkan!
Diposting oleh Almas Label:
Jumat, 11 Desember 2009 di 01.54 | 0 komentar  

Gamelan Jawa merupakan seperangkat instrument sebagai pernyataan musical yang sering disebut dengan istilah karawitan. Karawitan berasal dari bahasa jawa rawit berarti rumit, berbelit – belit, tetapi rawit juga bararti halus, cantik, berliku-liku dan enak. Kata jawa karawitan khususnya dipakai untuk mengacu kepada musik gamelan, musik Indonesia yang bersistem nada nondiatonis ( dalam laras slendro dan pelog ) yang garapan-garapannya menggunakan sistem notasi, warna suara, ritme, memilikia fungsi, pathet dan aturan garap dalam bentuk sajian instrumentalia, vokalia dan campuran yang indah didengar.
Seni gamelan jawa mengandung nilai-nilai histories dan filsofis bagi bangsa Indonesia. Dikatakan demikian sebab gamelan jawa merupakan salah satu seni budaya yang siwariskan oleh para pendahulu dan sampai sekarang masih banyak digemari serta ditekuni. Secara Hipotesis, masyarakat Jawa sebelum adanya pengaruh Hindu telah mengenal sepuluh keahlian, diantaranya adalah wayang dan gamelan. Dahulu pemilikan gamelan ageng Jawa hanya terbatas untuk kalangan istana. Kini siapapun yang berminat dapat memilikinya sepanjang bukan gamelan-gamelan Jawa yang termasuk kategori pusaka (Timbul Haryono, 2001). Secara filosofis gamelan jawa merupakan satu bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Jawa. Hal demikaian disebabkan filsafat hidup masyarakt Jawa berkaitan dengan seni budayanya yang berupa gamelan Jwa serta berhubungan dekat dengan perkembangan religi yang dianutnya.
Istilah gamelan telah lama dikenal di Indonesia, sudah disebut pada beberapa kakawin Jawa Kuno. Arti kata gamelan, sampaio sekarang masih dalam dugaan-dugaan. Mungkin juga kata gamelan terjadi dari pergeseran atau perkembangan dari kata gembel. Gembel adalahalat untauk memukul. Karena cara membunyikan instrumen itu dengan dipukul-pukul. Barang yang sering dipukul namanya pukulan, barang yang sering diketok namanya ketokan atau kentongan, barang yang sering digembal namanya gembelan. Kata gembelan ini bergeser atau berkembang menjadi gamelan. Mungkin juga karena cara membuat gamelan itu adalah perunggu yang dipukul-pukul atau dipalu atau digembel, maka benda yang sering dibuat dengan cara digembel namanya gembelan, benda yang sering dikumpul-kumpulkan namanya kempelan dan seterusnya gembelan berkembang menjadi gamelan. Dengan kata lain gamelan adalah suatu benda hasil dari benda itu digembel-gembel atau dipukul-pukul (Trimanto,1984).
Bagi masyarakat Jawa gamelan mempunyai fungsi estetika yang berkaitan dengan nilai-nilai sosial, moral dan spiritual. Kita harus bangga memiliki alat kesenian tradisional gamelan. Keagungan gamelan sudah jelas ada. Duniapun mengakui bahwa gamelan adalah alat musik tradisional timur yang dapat mengimbangi alat musik barat yang serba besar. Di dalam suasana bagaimanapun suara gamelan mendapat tempat di hati masyarakat. Gamelan dapat digunakan untuk mendidik rasa keindahan seseorang. Orang yang biasa berkecimpung dalam dunia karawitan, rasa kesetiakawanan tumbuh, tegur sapa halus, tingkah laku sopan. Semua itu karena jiwa seseorang menjadi sehalus gendhing-gendhing (Trimanto, 1984).
( Diambil dari buku Seni Karawitan Jawa, Dr. Purwadi, M.Hum dan Drs. Afendy Widayat. 2006 )

Lanjutkan!
Diposting oleh Almas Label: ,
Visit the Site
MARVEL and SPIDER-MAN: TM & 2007 Marvel Characters, Inc. Motion Picture © 2007 Columbia Pictures Industries, Inc. All Rights Reserved. 2007 Sony Pictures Digital Inc. All rights reserved. blogger templates